Kamis, 31 Desember 2020

Apa Usahamu untuk Meraih Cita-cita yang Kamu Inginkan

Usaha Meraih Cita-cita

Apa Usahamu untuk Meraih Cita-cita yang Kamu Inginkan? Kalau kamu bisa menjawab pertanyaan ini, berarti kamu sudah setengah jalan untuk mewujudkannya.

apa usahamu untuk meraih cita-cita yang kamu inginkan
Apa usahamu untuk meraih cita-cita yang kamu inginkan

Kita akan berhasil jika kita mau belajar dari kegagalan

Saya menerima gelar kesarjanaan saya pada tahun 1961. waktu itu saya merasa seakan-akan telah berhasil menyelesaikan suatu perjalanan panjang melewati terusan yang membawa saya mulai dari masa kanak-kanak sampai ke ambang pintu kedewasaan. dengan berbekalkan cita-cita, saya kini siap meraih sesuatu yang bermakna dan kemandirian finansial. Tapi tekad saya untuk berhasil sudah bercampur dengan perasaan prihatin. 

Saya tahu ke mana saya hendak pergi, namun bagaimanasaya bisa ke sana? Saya seakan-akan telah mempunyai tujuan, tetapi belum memiliki peta jalan.

Sewaktu saya mempertimbangkan berbagai pekerjaan, saya menyadari bahwa karier sebagai guru atau pekerja sosial kurang tantangannya dan gajinya pun tidak sesuai dengan selera saya. Makin lama saya menyelidiki, makin besar keyakinan saya bahwa pekerjaan yang cocok buat saya hanyalah sebagai penjual. 

Dengan posisi sebagai penjual, saya akan ditantang untuk memiliki disiplin diri, percaya diri dan persuasif. Selain itu, saya juga ingin menjadi seorang profesional dengan pekerjaan berngengsi. Bagaimana saya bisa memiliki kedua-duanya? Akhirnya saya memutuskan akan bekerja sebagai penjual di IBM.

Reputasi perusahaan ini dikalangan dunia usaha betul-betul isitimewa dan program pelatihannya pun paling baik. Wawancara pertama saya dengan IBM nampak positif dan saya merasa telah melaksanakannya dengan baik. Namun manajernya tidak menerima saya, karena saya dianggap kurang memiliki pengalaman dalam bidang bisnis.

Sementara saya dalam perjalanan kembali ke Brooklyn dengan kereta bawah tanah, saya mereasa tidak begitu kecewa dengan kejadian ini. Keputusan manajer itu dapat saya maklumi dan jalan keluarnya pun sudah jelas. Saya harus bisa memperoleh pengalaman yang diperlukan.

Selang beberapa hari kemudian saya diterima bekerja di Old Town Corporation, sebuah pabrik alat-alat kantor. Tanggung jawab saya termasuk mulai dari urusan iklan sampai prompsi penjualan. Lama kelamaan saya makin mengerti bahwa sukses perusahaan sebenarnya ditentukan oleh produktivitas penjualan. 

Jika saya berhasil dalam penjualan, nilai diri saya bagi perusahaan akan ikut terangkat. Karena itu saya minta diberikan sebuah daerah pemasaran.

Bos saya, wakil presiden penjualan, sangat senang mendengar permohonan saya. Dia menatap keluar jendela dan menunjuk ke arah gedung Williamsburg Saving Bank. “Art”, katanya, “itu adalah bangungan terbesar di Brooklyn dan tenaga penjualan yang menguasai wilayah ini pasti tidak akan keberatan bila kau mau mencobanya. Selamat bekerja.”


Usaha terbaik untuk meraih cita-cita
Apa usahamu untuk meraih cita-cita?


Besoknya saya mulai menghubungi beberapa calon pelanggan dan memperkenalkan berbagai produk seperti kertas karbon dan pita mesik tik. Tidak lama kemudian saya bisa berbicara dengan sembilan belas calon pelanggan, namun tidak ada satupun yang berniat membeli. 

Perasaan kecewa menyertai saya sementara saya kembali ke kantor dengan berjalan kaki sejauh 2 mil. Saat itu saya merasa bahwa saya tidak akan pernah bisa menjadi penjual.

Saya yakin bahwa ada orang yang berhasil karena usaha sendiri dan ada juga yang sukses karena bantuan orang lain. Ternyata saya kurang memiliki rasa percaya diri. Saya berpendapat, karena saya tidak berhasil menjual barang, nantinya saya akan selalu mencari pekerjaan yang kurang menantang dan bayarannya cuma sedikit. Akhirnya begitu sampai di kantor saya merasa sedih dan kecewa sekali.

Dua minggu kemudian, ketiika saya sedang merapikan kertas berserakan di atas meja, saya menemukan catatan yang saya buat pada pagi hari yang buruk itu. Setelah membacanya, saya baru sadar dari sembilan belas orang yang saya hubungi ternyata ada dua orang yang mengajukan permintaan contoh barang. 

Sambil berjalan pulang di tengah hujan salju, saya bertanya pada diri sendiri, “Kenapa saya tidak ingat pada dua jawaban positit itu?” Ternyata, saking kecewanya saya pada ketujuh belas respon negatif, saya jadi kurang peka terhadap dua reaksi yang positif.

Jadi, apa usahamu untuk meraih cita-cita yang kamu inginkan? Apakah sudah berusaha optimal ataukah masih nyantai?

Sumber tulisan: Buku Berani Menghadapi Kegagalan - Art Mortell
Sumber foto : www.freepik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bisnis Online Gratis Tanpa Modal Dengan Mengisi Survey Online

Bisnis Online Gratis Tanpa Modal Dengan Mengisi Survey Online Bisnis Online Gratis Tanpa Modal Dengan Mengisi Survey Online Bisnis Online Gr...